Sabtu, 07 Maret 2015

Utopia kelas pekerja

Ada sebuah quote indah yang hampir selalu sama dimiliki para kelas (pe)kerja. ''Bekerja itu untuk mencari modal dan pengalaman, jika sudah punya ya buka usaha sendiri''. Komunitas ini tercipta tanpa pemimpin, tanpa organisasi, tanpa sistem dan tanpa sejarah. Dikatakan sebuah komunitas sebab memang mereka sering berkumpul dan membagikan cerita-cerita baik sesama anggota maupun kepada tunas baru (baca: pemuda). Cerita utopia yang dibagikan taklayaknya sebuah dongeng yang membangkitan imajinasi pendengarnya.  Komunitas ini mengakar dengan kuat dan menyebarkan idealismenya di tempat-tempat tang penuh dengan impian. Kemampuan yang dimilikinya untuk mengontrol impian layaknya seorang mentalis yang mengetahu segalanya sehingga semua percaya. Ditambah dengan kuatnya paham kapitalis menjadikan komunitas besar di sebuah pohon besar yang dinamakan bumi.

Pekerja bukanlah hal yang salah, tapi menjadi salah ketika digunakan sebagai jembatan menjadi (peng)usaha.  Iya, ada yang telah mencapai impian besar utopia.
Jika kita bicara statistik berapa persen yang mencapainya, lebih banyak yang menjadi karyawan setia karena takut kehilangan penghasilan dan dana pensiun. Ditambah dengan pikirian mau usaha apa, dimana, gimana bikin sistemnya, ngontrolnya, dll. Bagi pengusaha pemula juga memikirkan hal yang sama, namun mereka berfikir lebih banyak karena semua waktunya diluangkan untuk usahanya, tidak seperti pekerja yang waktunya digunakan untuk bekerja.

Semua itu memang pilihan, kita hidup bebas memilih. Saya tidak mengatakan pekerja itu jelek bekerja itu jelek. Tapi jika memang dari awal mau usaha yan usaha bukan menjadi pekerja. Jika ingin bisa berenang ya kekolam renang belajar disana bukan naik sepeda. Jika ingin belajar sepeda ya beli sepeda belajar, bukan kekolam renang.